Namanya "Aini". begitu ummi biasa memanggilnya. Salah satu "adik "
terbaik yang pernah ummi miliki, yang pernah ummi temui dan
alhamdulillah Allah pertemukan ummi dengannya.
Seharusnya 28
Januari lalu genap ia menginjak usia 37 tahun. Beberapa tahun bersamanya
, banyak contoh yang bisa ummi ambil darinya. Kedewasaan sikap,
keshabaran, keistiqomahan, dan pengabdian yang luar biasa meretas jalan
da'wah ini. Seorang muharrik da'wah yang tangguh dan tak pernah
menyerah. Sosok yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah putus asa dan
memiliki khusnuzon yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah
salah satu amanah ummi terberat, ketika memang harusnya ia sudah
memasuki sebuah jenjang pernikahan.
Ketika beberapa akhwat lain
yang lebih muda usianya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang
tersebut, maka 'Aini Allah taqdirkan harus terus meretas keshabaran.
Beberapa kali ummi berikhtiar membantunya menemukan ikhwan shalih,
tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan proses..Allah pun
berkehendak lain. Namun begitu, tidak pernah ada protes yang keluar dari
lisannya, tidak juga ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa
sang ikhwan begitu " lemahnya " hingga tidak mampu menerjang berbagai
penghalang ? Atau ketika masalah fisik, suku , serta terlebih usia yang
selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan mengundurkan diri , 'Aini
pun tidak pernah mempertanyakan atau memprotes " kenapa ikhwan sekarang
seperti ini ?
Tidak ada gurat sesal, kecewa, atau sedih pada raut
muka ataupun tutur katanya . Kepasrahan dan keyakinan terhadap kehendak
Allah begitu indah terlukis dalam dirinya.
Hingga, akhirnya
seorang ikhwan shalih yang dengan kebaikan akhlak serta ilmunya, datang
dan berkenan untuk menjadikannya seorang pendamping. Tidak ada luapan
euphoria kebahagiaan yang ia tampakkan selain ucapan singkat yang penuh
makna " Alhamdulillah. .jazakillah ummi sudah membantu...mohon do'a agar
diridhai Allah "
Alhamdulillah , Allah mudahkan proses ta'arauf
serta khitbah mereka, tanpa ada kendala apapun seperti yang pernah
terjadi sebelumnya. Padahal ikhwan shalih yang Allah pilihkan tersebut
berusia 10 tahun lebih muda dari usianya.
Berkomitmen pada sunnah
Rasulullah untuk menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana akad pun
direncanakan 1 bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang
ikhwan menyelesaikan studi di negeri Mesir.
Namun , Allah lah Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan..
2
minggu menjelang hari pernikahan, sebuah kabar duka pun datang. Usai
'Aini mengisi sebuah ta'lim , motor yang dikendarainya terserempet
sebuah mobil, dan menabrak kontainer didepannya. 'Aini shalihah pun
harus meregang nyawa di ruang ICU. 2 hari setelah peristiwa itu, Rumah
sakit yang menanganinya pun menyatakan menyerah. Tidak sanggup berbuat
banyak karena kondisinya yang begitu parah.
Hanya iringan dzikir
disela-sela isak tangis kami yang berada disana. Semua keluarga 'Aini
juga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mencoba menata hati bersama untuk
pasrah dan bersiap menerima apapun ketentuanNya. Kami hanya terus
berdo'a agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuknya. Hingga
sesaat, Allah mengijinkan 'Aini tersadar dan menggerakkan jemarinya.
Rabb..sebait harapan pun kembali kami rajut agar Allah berkenan
memberikan kesembuhan, walau harapan itu terus menipis seiring
kondisinya yang semakin melemah. Hingga kemudian sang ikhwan pun
mengajukan sebuah permintaan kepada keluarga 'Aini.
" Ijinkan
saya untuk membantunya menggenapkan setengah Dien ini. Jika Allah
berkehendak memanggilnya, maka ia datang menghadap Allah dalam keadaan
sudah melaksanakan sunnah Rasulullah.. ."
Permintaan yang membuat kami semua tertegun. Yakinkah dia dengan keputusannya ?
Dalam kedaaan demikian , akhirnya 2 keluarga besar itupun sepakat memenuhi permintaan sang ikhwan.
Sang
bunda pun membisikkan rencana tersebut di telinga 'Aini. Dan baru kali
itulah ummi melihat aliran airmata mengalir dari sepasang mata
jernihnya.
Tepat pukul 16.00, dihadiri seorang penghulu,orangtua
dari 2 pihak, serta beberapa sahabat dan dokter serta
perawat...pernikaha n yang penuh tangis duka itupun dilaksanakan. Tidak
seperti pernikahan lazimnya yang diiringi tangis kebahagiaan, maka
pernikahan tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit terlukiskan.
Khidmat, sepi namun penuh isakan tangis kesedihan.
Tepat setelah
ijab kabul terucap...sang ikhwan pun mencium kening 'Aini serta
membacakan do'a diatas kain perban putih yang sudah berganti warna
menjadi merah penuh darah yang menutupi hampir seluruh kepala A'ini.
Lirih, kami pun masih mendengar 'Aini berucap, " Tolong Ikhlaskan
saya....."
Hanya 5 menit. Ya..hanya 5 menit setelah ijab kabul
itu. Tangisanpun memecah ruangan yang tadinya senyap menahan sesak dan
airmata. Akhirnya Allah menjemputnya dalam keadaan tenang dan senyum
indah.
Dia telah menjemput seorang bidadari...
Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan padanya...
Dia memang hanya pantas untuk para mujahidNya di Jannah al firdausi....
Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita dengan iringan tetes airmata yang tidak kuasa ditahannya.. .
" ..Saya telah menikahi seorang bidadari.. nikmat mana lagi yang saya dustakan..."
Begitulah sang ikhwan shalih mengutip ayat Ar RahmanNya...
Ya
Rabb..Engkau sebaik-baik pembuat skenario kehidupan hambaMu..Maka
jadikanlah kami senantiasa dapat memngambil hikmah dari setiap episode
kehidupan yang Engkau berikan...
Selamat jalan adikku sayang
...engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan
pun didunia ini yang bisa mendampingi kehidupanmu kecuali para ikhwan
shalih yang berkhidmat di jalan da'wah dengan ikhlas, tawadhu dan siap
berjihad dijalanNya dan kelak menutup mata sebagai seorang syuhada...."
Selamat jalan 'Aini..semoga Allah memberimu tempat terindah di surgaNya....
(
bait kenangan terakhir bersamamu; ummi tidak bisa menulis seindah
tulisan2mu, tapi yakinlah ummi mengiringimu dengan indahnya do'a
...semoga Allah kumpulkan kita kelak didalam surgaNya...amiin)
>>>bila ada kebaikan silahkan share k tmn2...
ana dpt kisah ini dr seorang teman & kejadian tsb blm lama ini
[deGromiest]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar