Senin, 13 Mei 2013

Mereka Gembira di atas Kesedihanku

Malam, mereka berlarian berkejaran sambil tertawa dan bercanda. Seorang diantaranya tergelak berguncang perutnya, aku sedih. Ku hisap dalam asap rokokku mencoba menepis galau suasana hati, kacau pikiranku. Aku tertunduk, malu.

Di atas angkutan malam, aku mencoba tegakkan wajahku, mataku menyapu sekenaku mencari tahu. Kaki-kaki kecil tidak beralas, celana pendek kumal bertelanjang baju, nampak badan kurus dengan rusuk dan iga menonjol, wajah mirip seorang yang ada di belahan jiwaku berbentur pandang mataku, aku terkejut, terkesima.

Jam 00.00 WIB lewat sudah, mata di wajah mereka masih segar, tidak nampak lelah,
Tiba-tiba aku berpikir tentang sekolah, tentang belajar, tentang kesempatan, tentang keadilan, mulutku terkunci, tanganku bergetar seirama dendam di jantungku.

Lampu merah Pasar Minggu, menjadi saksi ketidak berdayaanku, aku hanya bisa sedih, aku hanya bisa malu, aku hanya bisa berdoa, Semoga tertawamu abadi, semoga keceriaanmu abadi, semoga segera datang kesempatan datang untuk mereka.

Gemetarku pulih seusai doaku, tapi dendamku masih terpahat untuk dapat berbuat.
Anakku ayah segera datang.

31 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar